Atsushi Mizoguchi, CEO dari MyAnimeList, percaya kalau asal-usul Solo Leveling yang berbentuk webtoon bukan alasan utama kenapa animenya bisa sukses besar di seluruh dunia. Mizoguchi menyampaikan pendapat ini dalam sebuah wawancara online yang baru saja dipublikasikan.
Japan Anime News, cabang Amerika Utara dari situs hiburan Jepang Oricon, mewawancarai Mizoguchi tentang Solo Leveling yang tayang di Crunchyroll. Dalam wawancara itu, mereka membahas pertumbuhan besar industri anime dan manga dalam beberapa tahun terakhir, tidak hanya di Jepang, tapi juga di seluruh dunia. Namun, walaupun layanan streaming internasional seperti Crunchyroll dan Netflix banyak berinvestasi di anime, manga sebagai format masih dianggap kurang menarik untuk menarik pembaca baru. Beberapa orang menyalahkan format baca manga yang horizontal (dari kanan ke kiri), yang dianggap kuno dibandingkan dengan format scroll vertikal di webtoon, seperti Solo Leveling yang sangat populer.
CEO MyAnimeList Percaya Solo Leveling Sukses Karena Kualitasnya, Bukan Karena Cara Bacanya
Sebagai pemimpin komunitas anime dan database terbesar di dunia, Mizoguchi ditanya apakah popularitas webcomic seperti Solo Leveling dan layanan baca digital seperti Webtoon menunjukkan bahwa pengguna di luar Jepang lebih suka membaca komik lewat smartphone, dibandingkan dengan cara baca manga tradisional. Mizoguchi menjawab, “Meskipun ada webtoon yang sukses secara global seperti Solo Leveling, banyak penggemar manga di luar negeri yang masih lebih suka membaca lewat komputer (PC).”
“Di antara pengguna MyAnimeList, penggunaan PC dan smartphone seimbang, 50/50. Menurut saya, Solo Leveling sukses karena karyanya memang luar biasa, bukan karena format webtoon lebih mudah dibaca.” Tapi, Mizoguchi juga mengakui bahwa manhwa seperti Solo Leveling memang punya keunggulan dibandingkan manga Jepang di zaman digital ini. “Webtoon memang dibuat untuk dibaca di smartphone, sementara manga dibuat untuk dibaca dalam bentuk cetak. Manga seringkali kurang nyaman dibaca di layar smartphone kecil, karena harus zoom in dan zoom out untuk membaca teks dan melihat detail gambarnya — beda dengan webtoon yang cukup digulir ke bawah saja.”
Pada masa anime booming tahun 1990-an di Amerika Utara, penerbit Barat pernah mencoba membuat manga lebih mudah diakses pembaca Amerika dengan membalik arah bacanya, dari kanan-ke-kiri (gaya Jepang) menjadi kiri-ke-kanan (seperti komik Amerika dari Marvel dan DC). Bahkan, ada penerbit yang membuat versi komik dari anime populer tahun 90-an seperti Tenchi Muyo!, supaya lebih menarik untuk penggemar anime di Amerika. Tapi sekarang, manga seperti Solo Leveling atau Jujutsu Kaisen bisa mendominasi daftar penjualan komik di Amerika, walaupun ada anggapan bahwa format bacanya dan statusnya sebagai karya luar negeri membuatnya lebih sulit diterima.
Deskripsi resmi Solo Leveling berbunyi, “Mereka bilang apapun yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat, tapi itu tidak berlaku untuk pemburu terlemah di dunia, Sung Jinwoo. Setelah tewas mengenaskan di dungeon tingkat tinggi karena serangan monster, Jinwoo kembali hidup dengan membawa sesuatu yang disebut ‘System’, sebuah program yang hanya dia bisa lihat, yang membuat dia semakin kuat di semua aspek. Sekarang, dia bertekad untuk mengungkap rahasia kekuatannya dan dungeon tempat asal semua itu.”